Monday, December 23, 2013

Pendidikan Karakter

Apa itu pendidikan karakter ?
Pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Mengapa harus ada pendidikan Karakter?
1.Disorientasi dalam implementasi nilai-nilai Pancasila;
2.Bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
3.Memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa;
4.Ancaman disintegrasi bangsa ;
5.Melemahnya kemandirian bangsa
(Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010)

Pengertian Pendidikan Karakter :
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan  di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah  sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian  peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka  tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan  pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian  yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut.
OLAH PIKIR
Cerdas
OLAH HATI
Jujur
Bertanggung Jawab
OLAH RAGA (KINESTETIK)
Bersih, sehat, menarik
OLAH RASA dan KARSA
Peduli dan kreatif
Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral. Menurut Hersh, et. al. (1980), di antara berbagai teori yang berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989) mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni: pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku. Klasifikasi didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian psikologi, yakni: perilaku, kognisi, dan afeksi
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.
  1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
  2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
  3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
  4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini.

Tabel  Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
NILAI
DESKRIPSI
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari  sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/
       Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.  Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sunday, December 15, 2013

Pembahasan UAS Seni XII

Berikut adalah penyelesaian Ulangan Akhir Semester Gasal Kelas XII IPA/IPS "Menggambar Konstruksi Perspektif dengan menggunakan Titik Ukur :

Langkah-langkah penyelesaian :
  1. Lihatlah gambar proyeksi (denah) beserta ukuran-ukuran yang diketahui
  2. Carilah kedudukan titik yang dijadikan pedoman awal (Titik A)
  3. Lihatlah ukuran-ukuran skala yang menuju titik A (masih pada gambar denah)
  4. Carilah titik A pada penampang gambar perspektif, jika titik A menempel Garis Tanah (GT) buatlah ukuran-ukuran tersebut dengan ukuran sebenarnya berawal dari titik A (arah ukuran sesuai skala denah)
  5. Tariklah titik-titik ukuran tersebut menuju ke titik ukur (TU) yang berseberangan. (TU terletak di Garis Horizontal /GH). Pada gambar ditunjukkan oleh garis-garis merah.
  6. Hubungkan titik A menuju titik dua lenyap (TL1 dan TL2) (lihat garis-garis biru di bagian bawah gambar perspektif) sehingga memotong garis-garis ukur yang berwarna merah tadi. Titik-titik potong itulah yang dijadikan pedoman untuk membuat alas.
  7. Tariklah titik-titik potong tersebut ke titik lenyap yang berhadapan/bersebarangan (perhatikan garis-garis hijau)
  8. Buatlah sisi alas sesuai gambar denah tampak atas,tentukan titik-titik alas berdasarkan pertemuan titik-titik potong baru (perpotongan yang menuju TL bukan TU lagi).
  9. Jika alas sudah terbentuk, buatlah ukuran tinggi obyek (sesuai denah) dengan membuat garis vertikal berpangkal pada salah satu titik terdekat dengan ujung obyek (misal titik A), yang menempel pada GT.
  10. Tariklah setiap ukuran itu pada garis vertikal itu ke TL1 dan TL2 untuk memudahkan membuat garis obyeknya nanti. (Lihat garis-garis biru menuju TL1 dan TL2)
  11. Buatlah garis-garis obyek perspektif sesuai arah garis-garis yang menuju TL1 dan TL2.
  12. Bedakan garis obyek dengan garis bantu lain dengan membuat garis lebih tebal sehingga bentuk obyek akan lebih jelas. Buat garis putus-putus untuk garis obyek bagian dalam (terhalang) sehingga obyek akan betul-betul terkesan meruang 3D.

Penyelesaian Soal A :
Penyelesaian Soal B :


Ternyata Teh Indonesia Berusia Ratusan Tahun


Jauh dari benak kita semua, bahwa teh yang kita minum setiap hari ternyata telah berusia jauh di atas kita. Saat rombongan guru dan siswa (sekitar 200 orang) berkunjung di PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) di Wonosari, Lawang, Malang Jawa Timur, pemandu kami menjelaskan tentang proses penanaman pohon teh, pemetikan sampai produksi hingga pemasaran termasuk eksport ke berbagai negara. Kita patut bersyukur kita dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa. Teh sebagai contohnya merupakan salah komoditi ekspor yang diandalkan Indonesia. Namun siapa sangka tanaman teh itu sejak pertama kali ditanam (1910) tidak pernah diganti hingga sekarang sehingga telah berusia ratusan tahun. Hanya setiap 4 tahun sekali diremajakan dengan cara pohon teh itu dipendekkan tanpa memotong pohon induknya sehingga muncul tunas muda dengan cepat. Ternyata Belanda meski sebagai bangsa penjajah masih meninggalkan jasa untuk kemakmuran bangsa ini.

Saturday, December 14, 2013

Pembahasan UAS Gasal TIK Kelas XII IPA


1. Adobe Photoshop adalah aplikasi/software pengolah gambar berbasis bitmap, dibentuk berdasarkan titik-titik dan kombinasi warna yang disebut pixel (skor max : 10)
Kelebihan Adobe Photoshop dibanding Corel Draw : (skor max : 15) minimal menyebut 3
  • Dapat ditambahkan efek khusus tertentu sehingga dapat membuat objek tampil sesuai keinginan.
  • Dapat menghasilkan objek gambar bitmap dari obek gambar vektor dengan cara mudah dan cepat, mutu hasilnya pun dapat ditentukan
  • Lebih familiar dan mudah digunakan dibanding corel draw
  • Fasilitas editing gambar hingga efek variasi gambar lebih lengkap.
  • Bisa menyimpan dalam berbagai format dengan berbagai kualitas gambar beserta resolusi dan ukurannya.
  • Bisa untuk memanipulasi/merekayasa foto
  • Fasilitas efek bisa ditambah.
  • File hasil editan bisa disimpan dalam format JPG dengan kualitas bagus.
  • Dapat membuat tekstur dan material yang beragam.
  • Dapat mengedit foto dan gambar yang sudah ada.
  • Memproses materi Web.

2. Corel Draw adalah aplikasi/software pengolah gambar berbasis vektor, dibentuk melalui kombinasi titik-titik dan garis serta kurva dengan menggunakan rumusan matematika tertentu. (skor max : 10)
Kelebihan Corel Draw dibanding Adobe Photoshop : (skor max : 15) => minimal menyebut 3
  • Tersusun oleh garis dan kurva 
  • Kualitas grafis tidak bergantung dari banyaknya pixel
  • Gambar yang dihasilkan oleh CorelDraw tidak akan pecah apabila diperbesar.
  • CorelDraw sangat bagus dalam kolaborasi teks dan gambar.
  • Seleksi layer dalam CorelDraw sangat mudah, sehingga dapat mengedit beberapa layer sekaligus.
  • Ukuran file yang kecil, meskipun gambar dalam file berukuran besar.
  • Selain karena tampilannya yang user friendly dan mudah dipelajari
  • Coreldraw sangat bagus dalam kolaborasi teks dan gambar. Meskipun photoshop juga bisa namun lebih mudah dengan coreldraw
  • (export-import) format grafis yang didukung sangat banyak sehingga membantu kompatibilitasnya.
  • Mempunyai banyak tools dan effect yang memudahkan pembuatanobjek vector (garis, lengkung, kotak) terutama dalam mendesain/redesign logo.
  • Untuk duplikasi objek banyak sekalilangkah yang bias digunakan misalnya dengan menekan tombol ‘+’ pada keypad, Ctrl+D, Copas, Effect Blend, mirror transform dll.
  • Font bawaan CorelDraw sangat banyak sehingga mencukupi dalam pembuatan logo dll.
  • Dukungan forum dan komunitas coreldraw yang begitu banyak dan beragam, sehingga kita bisa dengan mudah menemukan tutorial, tips dan bisa berbagi ilmu dengan pengguna coreldraw lainnya di seluruh dunia

3. Langkah-langkah pembuatan desain “Viva SMADA”. (skor max : 15)
  • Buka Corel Draw => New
  • Text Tool (F8) => ketik “Viva SM DA”
  • Klik Polygon Tool (Y), pilih Star Tool => tempatkan diantara huruf M dan D
  • Klik kanan teks “Viva SM DA”=> Convert To Curves
  • Seleksi teks“Viva SM DA”yang sudah menjadi obyek dengan bintang => klik Weld
  • Ubah warna obyek =>klik kanan, pilih warna putih di colour pallete di sebelah kanan sehingga fill (background menjadi berwarna putih)
  • Klik Outline Width (Ukuran garis tepi) => yang posisi default “None” diubah menjadi pilihan lain (Hairline/0,5/1,0 ….sesuai kebutuhan) agar garis tepi kelihatan
  • Kembali klik obyek dengan Pick Tool => kemudian klik Shape Tool (F10) => tarik ujung bintang ke sebelah kiri (sesuai gambar)
  • Save

Sumber : http://davehard.wordpress.com/photoshop-vs-coreldraw/ diakses tanggal 13 Desember 2013
http://iyasphunkalfreth.blogspot.com/2010/09/manfaat-kelebihan-dan-kekurangan-dari.html, diakses tanggal 13 Desember 2013