A. Tahapan Menulis Kritik
Banyak orang yang menduga bahwa bekal seorang kritik adalah hanya pengetahuan. Kepekaan estetis merupakan sarana yang terpenting bagi seorang kritikus dalam melakukan tugasnya. Seorang kritikus seni harus dapat menulis dari hasil pengamatnnya secara langsung apa yang terjadi di atas panggung atau pentas. Jika tidak maka tidak dapat disebut kritik seni, melainnya hanya sebuah esai atau artikel seni saja. Menurut Feldman (1967:469) dalam teori kritik seni dikenal empat tahap meliputi; deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi.1. Deskripsi
Deskripsi adalah suatu proses pengumpulan data karya seni yang tersaji langsung kepada pengamat. Dalam mendeskripsikan karya seni, kritikus dituntut menyajikan keterangan secara objektif yang bersumber pada fakta yang terdapat dalam karya seni. Kritikus teater akan menguraikan unsur-unsur yang membangun karya tersebut dan menguraikan proses pembuatan karya tersebut.
Seorang kritikus teater dan film akan menguraikan sinopsis, termasuk aspek tokoh, akting, dialog, dan penampilan aktor/aktris utama dan pemeran pembantu dalam sebuah pementasan teater atau pertunjukan film yang menjadi objek kritik.
Data ini diperlukan karena sifatnya bisa mempengaruhi persepsi kritikus dalam hal pemahaman dan penilaian kritisnya nanti. Dalam pembuatan deskripsi perlu dihindari interpretasi terhadap karya seni, kesan pribadi kritikus ketika mengamati karya seni bukan termasuk bagian dari deskripsi, jadi deskripsi berarti menguraikan fakta seni sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, tanpa tafsiran yang sifatnya ilusif dan imajinatif.
Disamping mendeskripsikan adegan, suasana, kritikus juga menerangkan pentas, tata cahaya, dan dekorasinya, sekaligus mengutip puisi yang dibacakan. Dengan teknik mendeskripsi seperti ini, tentu saja pembaca kritik mendapatkan informasi yang lengkap.
2. Analisis
Pada tahap analisis, tugas kritikus adalah menguraikan kualitas elemen seni. Dalam karya teater maka seorang kritikus tidak hanya menafsirkan makna adegan atau simbol-simbol tata cahaya, tata pentas, tata rias saja akan tetapi juga menganalisis sejauh mana vokal pemain, mimik, penokohannya,ekspresi, penjiwaan dan plot atau alur cerita.
Ide seorang kritikus sangat penting dalam menganalisis karya seni. Hasil karya seni, selanjutnya akan menjadi fakta objektif bagi kritikus untuk menafsirkan makna seni. Hal ini penting dalam upaya menilai seni secara kritis. Pada dasarnya tahap analisis adalah mengkaji kualitas unsur pendukung bahan pembentuk yang telah dihimpun dalam data deskripsi.
3. Interpretasi
Interpretasi dalam kritik seni adalah proses mengemukakan arti atau makna karya seni dari hasil deskripsi dan analisis yang cermat. Kegiatan ini tidak bermaksud menemukan nilai verbal yang setara dengan pengalaman yang diberikan karya seni. Juga bukan dimaksudkan sebagai proses penilaian.
Aktifitas interpretasi merupakan sebuah tantangan dan tentu saja merupakan bagian penting. Namun, dalam kegiatan ini kritikus tidak berada dalam posisi menilai, tetapi memutuskan apa makna seni, tema karya, masalah artistik, masalah intelektual karya seni, dan akhirnya menyimpulkan karya seni sebagai satu kesatuan yang utuh.
Dalam menafsirkan karya seni, kritikus bertolak dari data deskripsi dan analisis (yang telah dilakukan sebelumnya) untuk menghasilkan sebuah hipotesis tentang karya seni yang bersangkutan. Perlu asumsi yang melandasi dalam menginterpretasikan karya seni. Diasumsikan bahwa seni mempunyai kejelasan atau implikasi isi ideologis (bukan dalam arti politis). Diasumsikan pula bahwa objek seni adalah hasil karya manusia yang tidak bisa lepas dari aspek sistem nilai penciptanya. Karya seni tidak dapat dipisahkan dari wahana ide senimannya.
Untuk tujuan penafsiran dalam kritik seni, hipotesis adalah suatu ide atau prinsip organisasi yang berhubungan erat dengan materi deskripsi dan analisis.
4. Evaluasi
Evaluasi karya seni dengan metode kritis berarti menetapkan rangking sebuah karya dalam hubungannya dengan karya lain yang sejenis, untuk menentukan kadar artistik dan faedah estetiknya. Dalam aktifitas ini dikenal model evaluasi dengan studi komparatif historis.
Penilaian orisinilitas adalah instrumen penilaian kritis yang menjelaskan ide karya, yakni dengan mengidentifikasikan masalah artistik yang akan dipecahkan, apa fungsi seni, ada tidaknya inovasi ekspresi artistik, dan akseleransi teknik artistiknya.
Penilaian teknik seni adalah mengukur kelogisan penggunaan materi dan instrumen seni dengan korelasinya dengan bentuk dan fungsi seni. Dalam konteks karya yang anti teknik, anti estetis, anti seni, dan karya-karya vulgar lainnya penilaian ditekankan pada aspek intelektualnya, yakni bobot ide yang menyertai karya seni tersebut. Sebab tanpa isi pikiran, sebuah karya tergolong tidak bermanfaat, karena tidak relevan dengan kehidupan dan kemanusiaan kita.
Nah, bagaimana dengan penjelasan diatas? Semoga anda bisa memahaminya dengan baik. Agar lebih memahami materi kritik teater maka akan diberikan salah satu contoh kritikan seni teater.
B. Pendekatan Kritikus Terhadap Obyek Kritiknya.
1.Pendekatan Formalistik
Kriteria kritik formalis untuk menentukan ekselensi karya seni adalah significant form,yakni kapasitas bentuk seni yang melahirkan emosi estetik bagi pengamat seni.
2. Pendekatan Ekspresivisme
Kritik seni ekpresivisme menentukan kadar keberhasilan seni atas kemampuannya membangkitkan emosi secara efektif, intensif, dan penuh gairah. Intensitas pengalaman mengandung makna, bahwa karya seni yang baik dapat menggetarkan perasaan yang lebih kuat daripada perasaan keseharian pada saat kita melihat relitas yang sama.
3. Pendekatan Instrumentalistik
Para kritikus instrumentalis berpendapat bahwa kreasi artistik tidak terletak pada kemampuan seniman untuk mengelolah material seni ataupun pada masalah internal karya seni.
Kriteria kritik formalis untuk menentukan ekselensi karya seni adalah significant form,yakni kapasitas bentuk seni yang melahirkan emosi estetik bagi pengamat seni.
2. Pendekatan Ekspresivisme
Kritik seni ekpresivisme menentukan kadar keberhasilan seni atas kemampuannya membangkitkan emosi secara efektif, intensif, dan penuh gairah. Intensitas pengalaman mengandung makna, bahwa karya seni yang baik dapat menggetarkan perasaan yang lebih kuat daripada perasaan keseharian pada saat kita melihat relitas yang sama.
3. Pendekatan Instrumentalistik
Para kritikus instrumentalis berpendapat bahwa kreasi artistik tidak terletak pada kemampuan seniman untuk mengelolah material seni ataupun pada masalah internal karya seni.
kembali ke << MENULIS KRITIK TEATER
Sumber :
https://www.maolioka.com/2017/11/cara-menulis-kritik-seni.html, diakses tanggal 05 Februari 2021
http://senibudayaparamitha.blogspot.com/2015/04/kritik-teater.html, diakses tanggal 05 Februari 2021
0 Comments:
Post a Comment